Makassar (Sulawesi Selatan), dimensitivinews.com
Pemerintah Kota Makassar kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan layanan publik yang mudah, cepat, dan terintegrasi di tingkat nasional. Kali ini, melalui inovasi unggulannya, Layanan Online Terintegrasi Warga Makassar (LONTARA+), Pemkot Makassar mengikuti ajang Top Digital Awards 2025. Ajang ini merupakan salah satu wadah inovasi di bidang transformasi digital pemerintahan.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, memaparkan keunggulan dan dampak nyata aplikasi Makassar Super Apps tersebut dalam sesi wawancara penjurian tingkat nasional yang digelar oleh IT Works secara virtual, Senin (3/11/2025).
Dari Balai Kota Makassar, Munafri didampingi oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Makassar, Dr. Muhammad Roem.
Aplikasi LONTARA+ menjadi andalan dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang efisien, transparan, dan akuntabel. Sinergi teknologi dan pelayanan publik ini diharapkan dapat mempercepat terwujudnya kota digital yang smart city dan inklusif.
Dalam paparannya, Wali Kota Munafri menjelaskan bahwa LONTARA+ merupakan inovasi hasil penyatuan berbagai sistem digital yang sebelumnya tersebar di masing-masing perangkat daerah.
“Kami membangun sebuah sistem online atau aplikasi yang menggabungkan beberapa aplikasi yang ada sebelumnya di Pemerintah Kota Makassar, yang kami satukan ke dalam satu platform bernama LONTARA,” ujarnya di hadapan para juri.
Appi menjelaskan bahwa penamaan LONTARA memiliki makna historis dan filosofis yang dalam. Dalam sejarah lokal, Lontara adalah aksara atau huruf Makassar yang telah digunakan sejak abad ke-16 dan masih hidup di tengah masyarakat Makassar hingga kini.
“Karena itu, kami memberi nama aplikasi ini sebagai Makassar Super Apps LONTARA+, yang menyatukan 358 aplikasi yang sebelumnya berdiri sendiri di tiap SKPD,” jelas Munafri.
Dengan semangat kolaborasi dan transformasi digital yang berkelanjutan, Pemkot Makassar terus berupaya menjadikan LONTARA+ bukan sekadar aplikasi, tetapi simbol hadirnya pemerintahan yang responsif, transparan, dan dekat dengan warganya.
Melalui satu aplikasi terpadu, Pemkot Makassar berharap masyarakat dapat mengakses berbagai layanan publik secara lebih cepat dan efisien, sekaligus memperkuat sistem kontrol pembangunan daerah.
“Kami berharap aplikasi ini bisa memberikan segala macam kemudahan untuk mengakses dan mengontrol proses pembangunan di Kota Makassar,” imbuh politisi dari Partai Golkar itu.
Inovasi LONTARA+ sebelumnya juga telah berkibar di panggung CNN Indonesia Award 2025 di Jakarta, sebagai apresiasi atas dedikasinya membawa Makassar menuju kota yang cerdas, inovatif, dan penuh harmoni.
Cakupan layanannya mengintegrasikan seluruh SKPD Pemkot Makassar menjadi satu aplikasi terpadu. Mulai dari administrasi kependudukan, perizinan usaha, pengaduan infrastruktur, pendidikan, bantuan sosial, hingga rencana integrasi pembelian tiket stadion dan informasi publik secara real time.
LONTARA+ adalah simbol perubahan, cerminan semangat kolaborasi dan harmoni dalam mewujudkan pelayanan publik yang transparan, bebas dari birokrasi berbelit, dan berpihak kepada warga.
Pengembangan aplikasi ini dilakukan melalui berbagai tahap hingga diperkenalkan ke publik. Pada tahap awal, fokus pengembangan diarahkan pada fitur aduan masyarakat, yang menjadi prioritas utama karena menyangkut interaksi langsung antara pemerintah dan warga.
“Fitur aduan ini menjadi titik awal yang kami ukur secara detail. Sebelum ada aplikasi ini, kami tidak mampu menghitung secara pasti berapa banyak aduan yang masuk, yang sudah ditindaklanjuti, yang masih proses, atau yang tertunda,” jelasnya.
Sebagai pembuktian program unggulan online ini, Munafri menyajikan data aduan masyarakat yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Makassar melalui SKPD masing-masing.
Sejak diluncurkan Juli lalu, tercatat 820 aduan yang masuk dari masyarakat dalam periode Juli hingga Oktober 2025. Dari jumlah tersebut, 746 aduan telah ditindaklanjuti, 71 masih dalam proses, dan 3 aduan ditangguhkan.
“Hal-hal seperti inilah yang kami butuhkan untuk memastikan bahwa pemerintah benar-benar hadir dalam setiap persoalan masyarakat,” beber mantan Bos PSM itu.
Pemkot Makassar akan terus mengembangkan layanan yang meliputi pariwisata, kependudukan, kesehatan, kebencanaan, pendidikan, hingga transportasi. Semua akan dibangun secara berkelanjutan setiap tahun.
Pengembangan Makassar Apps ini berawal dari hasil beberapa kali FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan. “Dari hasil itu, kami mengetahui bahwa kebutuhan utama masyarakat adalah adanya saluran aduan yang cepat direspons pemerintah,” ungkapnya.
Kini, aplikasi LONTARA+ telah masuk ke versi 2.0, setelah sebelumnya diluncurkan versi awal 1.0. Melalui versi terbaru ini, Pemkot Makassar telah mampu menerima umpan balik (feedback) masyarakat secara langsung, yang otomatis diteruskan ke dinas terkait untuk segera ditindaklanjuti.
Proses ini memberikan banyak manfaat bagi pemerintah kota. Persoalan di masyarakat bisa direspons lebih cepat, lebih terbuka, dan lebih terukur. Aplikasi ini juga memperkuat transparansi, keamanan data, dan mencegah potensi pungutan liar maupun kebijakan sepihak yang tidak akuntabel.
Munafri menekankan bahwa LONTARA+ menjadi langkah konkret menuju pemerintahan yang bersih dan efisien. “Kami berharap aplikasi ini mampu mendorong akuntabilitas yang baik dan mencegah praktik korupsi dalam pelayanan publik,” harap Ketua Golkar Makassar ini.
Appi juga memastikan bahwa pengembangan aplikasi LONTARA+ akan terus dilakukan secara bertahap hingga empat tahun ke depan. “Pada tahun mendatang, LONTARA+ akan menjadi super apps yang benar-benar menyatukan seluruh layanan publik Kota Makassar dalam satu genggaman,” pungkasnya.
Ajang TOP Digital Awards 2025 merupakan apresiasi tertinggi terhadap instansi pemerintah, lembaga, dan korporasi di seluruh Indonesia yang dinilai berhasil mengimplementasikan serta memanfaatkan teknologi digital dalam meningkatkan kinerja, daya saing, dan kualitas layanan publik.
Kegiatan berskala nasional ini diselenggarakan oleh Majalah IT Works, bekerja sama dengan berbagai asosiasi dan lembaga konsultan teknologi digital, serta didukung oleh para pakar dari Dewan TIK Nasional, Aptikom, Aspekindo, Infocom, dan akademisi dari sejumlah perguruan tinggi ternama.
Ajang ini tidak hanya menjadi wadah penghargaan, tetapi juga ruang pembelajaran bersama bagi seluruh instansi untuk terus memperkuat efektivitas dan kualitas transformasi digital di institusinya masing-masing. Kegiatan ini memiliki dua tujuan utama: memberikan penghargaan dan apresiasi tertinggi kepada instansi maupun perusahaan yang sukses dalam pemanfaatan teknologi digital untuk mendorong inovasi dan peningkatan layanan, serta menjadi sarana berbagi pengalaman dan pembelajaran.
Sesi wawancara penjurian berlangsung selama kurang lebih 75 menit, terbagi dalam tiga tahap: presentasi inovasi digital, pendalaman oleh dewan juri, serta penilaian nilai tambah yang memuat pandangan dan saran untuk pengembangan lebih lanjut.
Penjurian ini dimonitor secara virtual melalui Zoom Meeting dan direkam secara internal melalui kanal YouTube private channel, khusus untuk kepentingan evaluasi dan penilaian dewan juri.
Dalam kesempatan tersebut, hadir jajaran dewan juri profesional yang menilai sejauh mana transformasi digital di berbagai instansi mampu mendorong efisiensi, inovasi, dan pelayanan publik yang unggul.
(Arfah Adha Mansyur)





